Temperatur rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.18 
°C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate 
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan temperatur
 rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar 
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat 
aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.
     Meningkatnya temperatur global diperkirakan akan menyebabkan 
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, 
meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan 
jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain 
adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya 
berbagai jenis hewan. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia
 telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah 
pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
    Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat 
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, 
dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini 
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi
 dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
  
Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata 
tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana 
kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas 
ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. 
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk 
hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat 
dingin. Sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi, 
akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan 
global menjadi akibatnya.
 2. Efek umpan balik
     
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh 
berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah 
pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas 
rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih 
banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan
 gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap 
air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air.
     Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh
 akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan 
kandungan air absolut di udara,kelembaban relatif udara hampir konstan 
atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik 
ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki 
usia yang panjang di atmosfer.
     Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek 
penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan 
radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek 
pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan 
memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga 
meningkatkan efek pendinginan.
     Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada 
beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan 
tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, 
antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak 
antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 
500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat
      Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan 
cahaya (albedo) oleh es.Ketika temperatur global meningkat, es yang 
berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. 
Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan 
terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya 
lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap 
lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan 
menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang
 berkelanjutan.
      Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya 
tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi 
terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 
yang juga menimbulkan umpan balik positif.
    
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia 
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona
 mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton
 yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
 
 3. Variasi Matahari
     
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan 
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi 
kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini 
dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas 
Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan 
mendinginkan stratosfer.
      Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak 
tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi 
kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat
 memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi 
mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan 
dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan 
dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak 
tahun 1950.
Dampak Pemanasan global atau Global warming
1. Cuaca
     Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian 
Utara dari belahan  
    Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih 
dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan 
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung 
di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami 
salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di 
daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta 
akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa 
area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk 
meningkat.
     Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang 
menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban 
tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih 
jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, 
sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. 
Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang 
lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke 
angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat 
siklus air).
    Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara 
rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. 
(Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam 
seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain 
itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah 
akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih 
kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) 
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih 
besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang 
sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi
 dan lebih ekstrim.
 2. Tingginya muka laut
     
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan 
lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, 
lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan 
membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan 
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih 
memperbanyak volume air di laut.
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan 
lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21. Perubahan tinggi 
muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 
persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, 
pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai 
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan.
    Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk 
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin 
hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit 
kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. 
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa 
pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi 
tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka 
laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
 3. Pertanian
     
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
 banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
 beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan 
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya 
masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di 
beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh.
    Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari 
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) 
musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair 
sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat 
mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Hewan dan tumbuhan
     
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
 pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
 pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau 
ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari 
daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat.
     Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. 
Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi 
oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa 
tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub 
mungkin juga akan musnah.
5. Kesehatan manusia
     
Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang 
yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit
 yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang 
diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin 
meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu 
dingin bagi mereka.
     Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka 
dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan 
meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. 
Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, 
seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga 
memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena 
udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk
 sari.
 Solusi Pengendalian pemanasan global
     
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia selalu meningkat. 
Langkah-langkah yang dilakukan 
atau yang sedang diskusikan saat ini 
tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan 
yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan 
langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
       Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah 
pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah 
masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di 
pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, 
seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan 
tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum 
dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara 
perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat 
yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
 1. Menghilangkan karbon
     
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara 
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. 
Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap 
karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan 
menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan 
hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Langkah untuk mengatasi
 hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam 
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
     Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya 
dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak 
untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil
 Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di 
bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. 
Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai 
Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas 
alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat 
kembali ke permukaan.
        Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan 
bakar fosil. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk
 kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada 
abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber 
energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya 
secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang 
dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit 
bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan 
batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi 
nuklir lebih mengurangi pelepasan karbondioksida ke udara. Energi 
nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya 
yang berbahaya, bahkan tidak melepas karbondioksida sama sekali.
  
 2. Persetujuan internasional
     
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan 
gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, 
Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan 
setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang 
mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan 
yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
     Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 
negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam 
melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 
persen di bawah emisi tahun 1990.
     Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada 
mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang
 lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah 
tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, 
berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, 
sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam 
pengurangan emisi gas.
     Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru 
terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan 
karbondioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga 
menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak 
dibebani dengan persyaratan pengurangan karbondioksida ini.
     Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri 
yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca 
pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi
 ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi 
perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 
16 Februari 2005.
      Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika 
perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi 
bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan 
yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara 
berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan 
separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini 
memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di 
Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri 
batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung 
pada bahan bakar fosil.
    Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan 
untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, 
terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol 
Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar
 AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk 
penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses 
industri yang lebih effisien. Pada suatu negara dengan kebijakan 
lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai 
macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbondioksida
 terbukti sulit dilakukan.
     Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor 
lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal 
untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi 
karbondioksida.Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan 
Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang 
belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib 
diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. 
Para negoisator merancang sistem di mana suatu negara yang memiliki 
program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan 
menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain.
    Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang 
sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit 
polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. 
Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini 
diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas 
rumah kacanya sangat tinggi.

      Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen 
di bawah tingkat 1990, 
ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi
 ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni 
Eropa.
    Global warming adalah suatu sejarah terburuk yangg 
dialami oleh bumi sejak terbentuknya hingga sekarang. Saya tercengang 
sekali melihat akibatnya yang ditampilkan dalam film. Saya tidak 
menyangka akan seburuk itu. Yang berdampak terhadap seluruh kehidupan di
 muka bumi ini. Baik itu manusia, hewan hingga pada tumbuhan sekalipun.
Beberapa cara lain untuk mencegah terjadinya Pemanasan global atau Global warming: